• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

0 Penyakit Menular dari Satwa Liar

Tuesday, May 31, 2011

Daftar Isi


Hepatitis

Di seluruh dunia diperkirakan 2 milyar manusia telah terinfeksi penyakit hepatitis. Dua juta orang meninggal tiap tahunnya atau tiap menitnya ada 4 orang meninggal akibat kasus penyakit tersebut. Kecepatan penularan penyakit hepatitis 4 kali lebih cepat dari penyakit HIV. Penularan penularan penyakit hepatitis ini melalui aliran darah, plasenta bayi bagi ibu yang mengandung serta cairan tubuh seperti sperma, vagina, dan air liur.
Orang yang terkena hepatitis, hatinya akan rusak. Perutnya tampak membesar, muntah, diare dan kulit berwarna kekuningan. Fungsi hati yang menyaring racun telah hancur oleh virus ini, akibatnya kematian mengancam penderita hepatitis.
Satwa primata (bangsa kera dan monyet) dapat menularkan penyakit hepatitis melalui gigitan atau cakaran. Hati-hati memelihara primata, karena barangkali primata itu terinveksi hepatitis dan sekali dia menggigit anda maka anda berisiko tertular hepatitis.

Tuberculosa (TBC)

TBC adalah penyakit yang menyebabkan kematian terbesar kedua di Indonesia. Gejala yang ditimbulkan antara lain gangguan pernafasan seperti sesak nafas, batuk sampai berdarah, badan tampak kurus kering dan lemah. Penularan penyakit ini sangat cepat karena ditularkan melalui saluran pernafasan.
Selain manusia satwapun dapat terinfeksi dan menularkan penyakit TBC melalui kotorannya. Jika kotoran satwa yang terinveksi itu terhirup oleh manusia maka membuka peluang manusia akan terinveksi juga penyakit TBC. Penyakit Tuberculosis bersifat menahun atau berjalan kronis, sehingga gejala klinisnya baru muncul jika sudah parah.
Satwa yang punya potensi besar menularkan penyakit TBC ke manusia adalah primata, misalnya orangutan, owa dan siamang.

Rabies

Penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus ini dikenal juga sebagai penyakit anjing gila. Penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat ini dapat ditularkan ke manusia lewat gigitan satwa. Kasus gigitan hewan penyebar rabies adalah anjing (90%), kucing (3%), kera (3%) dan satwa lain (1%).
Gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi rabies pertama-tama adalah tingkah laku yang abnormal dan sangat sensitif (mudah marah), kelumpuhan dan kekejangan pada anggota gerak. Penderita akan mati karena kesulitan untuk bernafas dan menelan dalam kurun waktu 2-10 hari.

Cacing

Cacingan sering dianggap penyakit yang ringan, padahal penyebab kematian terbesar satwa dipelihara oleh manusia dalam kondisi buruk adalah penyakit ini. Stress dapat meningkatkan jumlah infeksi cacing dalam tubuh. Dengan ukuran yang sangat kecilyaitu 0,01-0,1 mm, sangat memudah bagi parasit menular ke semua satwa termasuk manusia.
Diare, badan kurus, kekurangan cairan (dehidrasi), anemia serta badan lemas merupakan gejala awal yang ditimbulkan oleh adanya infeksi cacing. Kejang-kejang pada seluruh anggota gerak, perut membesar dan keras akibat adanya timbunan gas (kembung) merupakan tanda bahwa racun telah menyebar ke seluruh tubuh. Bila tidak segera diobati maka kematian akan menjemput penderitanya.
Hampir semua satwa yang berpotensi menularkan penyakit cacingan, misalnya primata, musang, kucing, burung nuri, kakatua, dan lain-lain.

Toxoplasmosis

Penyakit ini ditakuti oleh kaum wanita karena menyebabkan kemandulan atau selalu keguguran bila mengandung. Bayi yang lahir dengan kondisi cacatpun juga dapat di sebabkan oleh penyakit ini.
Penyakit Toxoplasmosis disebarkan oleh satwa bangsa kucing, misalnya kucing hutan, harimau atau juga kucing rumahan. Penularan kepada manusia melalui empat cara yaitu: secara tidak sengaja menelan makanan atau minuman yang telah tercemar Toxoplasama, memakan makanan yang berasal dari daging yang mengandung parasit Toxopalsma dan tidak dimasak secara sempurna/setengah matang. Penularan lain adalah infeksi penyakit yang ditularkan melalui placenta bayi dalam kandungan bagi ibu yang mengandung. Cara penularan terakhir adalah melalui transfusi darah.

Psitacosis

Walaupun belum ada laporan tentang kasus penyakit Psittacosis yang diderita oleh manusia tetapi penyakit yang disebarkan oleh burung paruh bengkok (nuri dan kakatua) ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Penularannya bisa lewat kotoran burung yang kemudian terhirup oleh manusia.
Gejala klinik yang ditimbulkan antara lain adalah gangguan pernafasan mulai dari sesak nafas sampai peradangan pada saluran pernafasan, diare, tremor serta kelemahan pada anggota gerak. Kondisi akan semakin parah bila penderita dalam kondisi stress dan makanan yang kekurangan gizi.

Salmonellosis

Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran.
Satwa yang bisa menularkan penyakit salmonella ini antara lain primata, iguana, ular, dan burung.

Leptospirosis

Penyakit yang disebabkan oleh sejenis kuman ini menyerang semua jenis satwa termasuk manusia. Organ tubuh yang paling disukai oleh kuman ini tumbuh subur adalah ginjal dan organ reproduksi. Penularan penyakit berawal dari adanya luka yang terbuka dan terkontaminasi dengan air kencing atau cairan dari organ reproduksi. Bakan makanan atau minuman yang tercemarpun dapat menyebakan infeksi masuk dalam tubuh.
Gejala yang mudah diamati bila terinfeksi penyakit ini adalah air kencing berubah menjadi merah karena ginjal penderita mengalami perdarahan. Selain itu kepala akan mengalami sakit yang luar biasa, depresi, badan lemah bahkan wanita hamil juga akan mengalami keguguran. Sampai saat ini belum ada vaksin Leptospira untuk manusia, yang tersedia hanya untuk satwa. Satwa yang bisa menularkan penyakit mengerikan ini adalah anjing, kucing, harimau, tikus, musang, jelarang dan tupai.

Herpes

Adanya pelepuhan kulit di seluruh tubuh merupakan gejala awal yang ditimbulkan bila terinfeksi virus herpes. Virus ini bisa berakibat kematian bagi bangsa primata. Manusia dapat tertular dari gigitan atau cakaran satwa yang mengandung virus tersebut. Penderita penyakit ini akan mengalami dehidrasi akibat pelepuhan kulit dan akhirnya kematian akan menjemputnya. Hati-hati jika memelihara primata seperti monyet, lutung, owa, siamang, orangutan, dan lain-lain. Bisa jadi primata yang anda pelihara itu ternyata menderita herpes!.


Sumber : drh. Luki Kusuma Wardhani
Read more

0 Jenis Jenis Penyakit Hewan Ternak

1. Penyakit Antraks
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penyakit antraks tergolong berbahaya dan mematikan. Penularan penyakit ini terjadi melalui kontak langsung sentuhan kulit, makanan, minuman, dan pernapasan. Penyakit ini bisa menyerang semua sapi dari berbagai tingkatan umur dan bisa menular kepada manusia.
Serangan antraks ditandai dengan demam tinggi; badan lemah dan gemetar; pernapasan terganggu; terjadi pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin; badan dipenuhi bisul; keluar darah berwarna merah kehitaman melalui hidung,telinga, mulut, anus, dan vagina; kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; serta limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan memberikan vaksin spora (Max Sterne) dosis 1 ml setiap 6 bulan sekali atau serum anti-antraks dosis 50100 ml per ekor sapi. Pengobatan sulit dilakukan karena dapat menyebarkan penyakit kepada sapi yang lain. Karena itu, sapi yang terkena antraks harus segera dipotong dan dibakar atau dikubur dengan kedalaman lebih dari 2 m.

2. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Apthae epizootica (AE)
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rhinovirus. Penularan dengan cepat melalui kontak langsung misalnya air kencing, air susu, air liur, dan benda lain yang tercemar kuman AE. Penyakit PMK tidak dapat menular kepada manusia.
Gejala PMK terlihat dari melepuhnya rongga mulut, lidah, dan telapak kaki (tracak), disertai adanya tonjolan bulat berisi cairan bening; sapi mengalami demam atau panas, selanjutnya suhu badan menurun drastic; nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; serta keluar air liur secara berlebihan.
Pencegahan PMK dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan, serta memberikan vaksinasi secara rutin setiap 6 bulan sekali. Sapi yang terserang harus diisolasi, sedangkan sapi yang mati harus segera dikubur atau dibakar.

3. Penyakit Ngorok (Mendengkur) atau Penyakit Septichaema Epizootica (SE)
Penyakit ngorok adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan sapi yang berusia muda (umur 6-24 bulan). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri PastureIla multocida. Bakteri ini biasanya menyerang sapi yang baru mengalami perjalanan jauh. Penularan penyakit terjadi melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala penyakit ditandai dengan membengkaknya kulit kepala dan selaput lendir lidah disertai warna merah dan kebiruan; membengkaknya leher, anus, dan vulva; paru-paru meradang; selaput lendir usus dan perut masam serta berwarna merah tua; serta sapi mengalami demam dan sulit bernapas sehingga terdengar mengorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan memberikan vaksinasi anti-SE, setiap 6 bulan sekali. Sementara pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan antibiotika atau sulfa.

Sumber : request artikel
Read more

0 Ciri - Ciri Kucing Bunting

Wednesday, May 25, 2011
Kebuntingan kucing mungkin merupakan salah satu hal yang ditunggu-tunggu pemilik kucing. Lalu bagaimana cara mengetahui seekor kucing bunting atau tidak ? berikut ini penjelasan mengenai beberapa ciri kucing yang bunting.

Penting sekali untuk selalu mencatat tanggal kucing kesayangan anda kawin. Dari tanggal kawin ini kita dapat memperkirakan waktu kelahiran kucing, sehingga kita dapat mempersiapkan diri mendapat tambahan kucing baru.
lihat juga : kalkulator kelahiran, untuk menghitung/memperkirakan waktu kelahiran kucing
Kucing yang bunting dapat mengalami perubahan fisik dan tingkah laku.

PERUBAHAN FISIK
Bagian perut mulai membesar
Perut Kucing yang hamil mulai terlihat membesar pada umur kehamilan 5 minggu. Bagian perut ini akan terus membesar hingga mendekati saat melahirkan.

Puting susu memerah dan membesar (pink)Salah satu tanda yang cukup signifikan adalah berubahnya puting susu. Pada kucing hamil, puting susu sedikit membengkak dan warnanya berubah kemerahan (pink)

Keluar susu
Air susu mulai diproduksi dan bisa dikeluarkan sekitar 3-2 minggu akhir masa kehamilan. Jadi bila puting susu dipencet dengan lembut dan terlihat ada cairan susu, kelahiran akan terjadi sekitar 2-3 minggu lagi.

Bulu sekitar puting susu menipis

PERUBAHAN TINGKAH LAKU
Muntah-muntah
Pada beberapa kejadian (jarang) kucing hamil juga muntah-muntah, seperti manusia pada awal kehamilan. Segera hubungi dan konsultasikan hal ini dengan dokter hewan

Berhentinya siklus birahi secara tiba-tiba
Siklus birahi (siklus estrus) kucing tergantung berbagai hal, salah satunya adalah musim. Di Indonesia yang merupakan negara tropis, siklus estrus kucing tidak banyak dipengaruhi oleh musim. Rata-rata panjang satu siklus estrus kucing sekitar 1-1.2 bulan. Waktu birahi (estrus) berlangsung sekitar 7 hari. Bila setelah dikawinkan, birahi kucing berhenti secara tiba-tiba dan tidak minta kawin lagi, kemungkinan besar kehamilan terjadi.

Peningkatan nafsu makan
Kucing yang hamil memperlihatkan peningkatan nafsu makan. Tentunya peningkatan nafsu makan ini bertujuan memberikan nutrisi yang cukup bagi perkembangan ibu dan janinnya.

Lebih lembut & mencari perhatian
Sebagian kucing yang hamil mengalami perubahan tingkah laku seperti lebih tenang dan lembut. Selain itu mereka juga berusaha mencari perhatian lebih terhadap pemiliknya. Pada akhir masa kehamilan terlihat beberapa tingkah laku seperti gelisah dan lebih suka berada di tempat hangat dan tertutup

MEMASTIKAN KEHAMILAN KUCING
Dokter hewan dapat membantu memastikan kebuntingan kucing. Orang yang berpengalaman dapat memastikan kebuntingan dengan palpasi (perabaan) pada umur kebuntingan  3-4 minggu.
Alat alat seperti USG (ultrasonografi) dan Rontgen (X ray) dapat dipergunakan untuk memastikan kehamilan. USG dapat memastikan kehamilan setelah kandungan berumur minimal minggu. Detak jantung janin kucing baru bisa dideteksi setelah berumur 3 minggu

Read more

0 Hipokalsemia pada Sapi Perah

Wednesday, May 18, 2011
Hipokalsemia pada sapi perah mempunyai beberapa sinonim yaitu milk fever, paresis puerpuralis dan parturient paresis (Goff 2006). Milk fever adalah penyakit gangguan metabolisme yang terjadi pada sapi betina menjelang/saat/sesudah melahirkan yang menyebabkan sapi menjadi lumpuh. Milk Fever ditandai dengan menurunnya kadar kalsium (Ca) dalam darah (Horst et al. 1997). Ca berperan penting dalam fungsi system syaraf. Jika kadar Ca dalam darah berkurang drastis, maka pengaturan sistem syaraf akan terganggu, sehingga fungsi otak pun terganggu dan sapi akan  mengalami kelumpuhan. Kasus milk fever terjadi pada 48 – 72 jam setelah sapi  melahirkan, sapi yang mengalami gangguan ini biasanya sapi yang telah beranak lebih dari tiga kali. Sapi berumur 4 tahun dan produksi tinggi (lebih dari 10 liter) lebih rentan mengalami milk fever. Selain itu, angka kejadian milk fever 3-4 kali lebih tinggi pada sapi yang dilahirkan dari induk yang pernah mengalami milk fever.

Etiologi
Kebutuhan Ca pada akhir masa kebuntingan cukup tinggi sehingga jika Ca dalam pakan tidak mencukupi, maka Ca di dalam tubuh akan dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan Ca pada awal laktasi juga meningkat, karena setiap kg air susu mengandung 1.2 – 1.4 gram Ca. Sedangkan Ca dalam darah adalah 8 – 10 mg/dl (Thirunavukkarasu et al. 2010), sehingga sekresi susu yang mendekati 2 kg akan memerlukan semua Ca yang terdapat dalam darah. Jika kadar Ca dalam darah tidak dapat dipertahankan, maka sapi akan mengalami paresis puerpuralis atau milk fever.
Homeostasis Ca darah diatur oleh kalsitonin, hormon paratiroid (parathormon) dan vitamin D3 (DeGaris & Lean 2008). Pemberian pakan tinggi Ca pada periode kering dapat merangsang pelepasan kalsitonin dari sel-sel parafolikuler kelenjar tiroid, sehingga menghambat penyerapan Ca dalam tulang oleh parathormon. Hiperkalsemia (tingginya kadar Ca dalam darah) akan menghambat sekresi parathormon dan merangsang sekresi (pengeluaran) kalsitonin. Kalsitonin ini dapat menurunkan konsentrasi Ca darah dengan cara mengakselerasi penyerapan oleh tulang (Goff 2006). Kejadian ini cenderung menghambat adaptasi normal sapi terhadap kekurangan Ca pada permulaan partus dan laktasi yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Kelumpuhan ini karena kadar Ca dalam darah di bawah 5 mg/dl. Berkurangnya Ca menurut Champness & Hamilton (2007) disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
  • Jumlah mineral, Ca dan P (Phosphor) dalam pakan yang berlebihan, akibatnya akan menurunkan jumlah vitamin D yang berpengaruh pada jumlah Ca dalam darah.
  • Menurunnya absorpsi Ca dari usus dan mobilisasi mineral tersebut dari tulang akibat dari kerja hormon estrogen dan steroid kelenjar adrenal
  • Ca dan P dari dalam darah berpindah ke kolostrum saat sapi menjelang melahirkan.
  • Efek dari hormon tirokalsitonin. Hormon ini berfungsi untuk mengatur mukosa sel-sel usus dalam menyerap dan mengatur kadar Ca dalam darah.
  • Nafsu makan menurun biasa terjadi pada 8-16 jam menjelang melahirkan, akibatnya ketersediaan kalsium yang siap diserap juga menurun.
  • pH pakan dan  kadar lemak yang tinggi
  • Sapi-sapi tua akan mengalami penurunan penyerapan Ca.
  • Ketidak seimbangan komposisi Ca dan P dalam pakan. Perbandingan yang ideal  adalah Ca:P = 1:1.
Gejala Klinis
Gejala awal yang ditemui yaitu sapi masih berbaring, nafsu makan turun, kurang peka terhadap lingkungan, cermin hidung kering, tremor pada otot, suhu tubuh rendah, kaki belakang lemah dan terjadi penimbunan gas di dalam rumen. Jika semakin parah, maka sapi hanya mampu bertahan 6 – 24 jam. Sebenarnya angka kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila segera diketahui dan diberi pertolongan (Champness & Hamilton 2007).

Pengobatan
Pengobatan sapi yang menampakkan gejala adalah penyuntikan 1000 ml calcium borogluconas 40 % secara intravena pada vena jugularis (Braun et al. 2006). Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 – 12 jam kemudian. Apabila belum menampakkan hasil, maka dapat diberikan preparat yang mengandung magnesium. Hanya sedikit susu yang boleh diperah selama 2 – 3 hari. Pengosongan ambing sebaiknya dihindari selama waktu tersebut untuk mencegah terjadinya paresis peurpuralis. Kadar kalsium dalam pakan harus dikurangi  pada akhir periode laktasi. Pemberian kosentrat dapat diberikan 2 kg/hari atau selama periode kering kandang dengan mengurangi pemberian legum atau suplemen mineral. Peningkatan pemberian konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu menjelang sapi melahirkan (Bewley & Phillips 2010).
 
Daftar Pustaka

Bewley & Phillips. 2010. Prevention of Milk Fever. University of Kentucky.
Braun U, Jehle W, Siegwart N, Bleul U, Hรคssig M. 2006. Treatment of Parturient Paresis with High-dose Calcium. Departement fรผr Nutztiere, Universitรคt Zรผrich 148(3):121-9.

Champness D & Hamilton. 2007. Milk Fever (Hypocalcaemia) in Cows

Agriculture Note. Department of Primary Industries. State of Victoria.

DeGaris PJ & Lean IJ. 2008. Milk Fever in Dairy Cows: A Review of Pathophysiology and Control Principles. The Vet. J.176(1): 158-6.

Goff JP. 2006. Macromineral physiology and application to the feeding of the dairy cow for prevention of milk fever and other periparturient mineral disorders. Animal Feed Science and Technology 126 (2006) 237–257.

Horst RL, Goff JP, Reinhardt TH, Buxton DR. 1997. Strategies for Preventing Milk Fever in Dairy Cattle. J. Dairy Sci 80:1269–1280.

Thirunavukkarasu M., Kathiravan G, Kalaikannan A, Jebarani W. 2010. Quantifying Economic Losses due to Milk Fever in Dairy Farms. Agricultural Economics Research Review Vol. 23. pp 77-81

Read more

0 Konsep Dasar Penyimpanan Semen Beku

 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk melestarikan sumber daya atau materi genetik ternak adalah penyimpanan sel spermatozoa sebagai pembawa materi genetik ternak dengan menggunakan teknik kriopreservasi. Dengan metode ini sel spermatozoa dapat disimpan dalam keadaan beku yang memiliki fungsi utama untuk keberhasilan inseminasi buatan dengan semen yang dikriopreservasi. Disamping itu kriopreservasi dapat menyebabkan kemaian sel spermatozoa dan kerusakan fungsional.
Penggunaan glycerol sebagai cryoprotectant merupakan suatu metode kriopreservasi yang telah ditemukan pada tahun 1950 sampai sekarang. Cryoprotectant digunakan untuk pembekuan semen pada dunia kedokteran hewan dan banyak dugunakan di berbagai Negara termasuk Indonesia yang turut berperan dalam penggunaan metode ini, dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi ternak (dairy product). Beberapa kendala yang membatasi penggunaan metode teknologi ini yaitu perbedaan fisiologis dan biokimia spermatozoa pada tiap-tiap spesies, dan adanya mekanisme transport sperma dalam saluran reproduksi betina (Holt, 2000).
Prinsip biofisika yang digunakan untuk pembekuan sel dan jaringan hidup secara linear dapat juga diaplikasikan pada sperma. Sperma dapat mengalami kerusakan selama kriopreservasi selama proses thawing, ketika kristal es intraselullar terbentuk dalam jumlah yang banyak dan terjadi peningkatan konsentrasi larutan intraselullar dan perubahan sehingga terjadi dehidrasi sel. Pembekuan spontan merupakan suatu cara untuk mengurangi pengaruh larutan terhadap pembentukan kristal es yang berlebihan dan menyebabkan kerusakan mekanis yang berat (Hafez, 2000).
Proses kriopreservasi terjadi karena adanya perubahan temperatur dan tekanan osmolalitas yang dapat mempengaruhi struktur organisasi dan komposisi lipid dan membran plasm sperma (Arthur et al., 1996; Moฤ‡e dan Graham, 2008). Sedangkan kerusakan fungsional sperma merupakan kerusakan yang dapat mempengaruhi penurunan motilitas, pergerakan abnormal (circullar movement), dan kematian dini sperma (Loomis dan Graham, 2008).

Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah memberikan informasi terbaru mengenai pengaruh kriopreservasi terhadap survival sel sperma, sehingga data yang diperoleh mampu melengkapi langkah teknis kriopreservasi secara benar.


TINJAUAN PUSTAKA

Kriopreservasi

Secara teoritis, kriopreservasi berasal dari kata krio yang berarti beku, dan preservasi yang berarti penyimpanan pada temperatur rendah. Jadi Kriopreservasi adalah teknik penyimpanan materi genetik dalam keadaan beku pada temperatur rendah atau suatu teknik penyimpanan sel hewan, tumbuhan dan materi genetika lainnya (termasuk semen dan oosit) dalam keadaan beku melalui reduksi aktivitas metabolisme tanpa mempengaruhi organel-organel di dalam sel, fungsi fisiologi, biologi, dan morfologi (Suprianata dan Pasaribu, 1992).
Tujuan utama dari teknik ini adalah untuk menyimpan, memelihara, dan menjamin kelangsungan hidup suatu materi genetik. Hal ini berarti bahwa penyimpanan sel gamet (plasma germinal) dengan menggunakan teknik kriopreservasi diharapkan dapat mempertahankan daya hidupnya dan fungsi sel gamet baik secara imunologis, biologis dan fisiologis (Suprianata dan Pasaribu, 1992).
Beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik kriopreservasi, yaitu: (1) Apabila terjadi dehidrasi (pengeluaran air dalam sel) akan terjadi kekeringan yang menyebabkan kerusakan pada sel, dan (2) Apabila tidak terjadi dehidrasi akan terbentuk kristal-kristal es yang dapat merusak sel, jaringan dan materi genetik ternak lainnya. Dengan demikian perlu diperhatikan proses pemindahan air pada dehidrasi sebelum deep freezing maupun rehidrasi setelah thawing (Suprianata dan Pasaribu, 1992).
Penyimpanan sel gamet dengan teknik kriopreservasi memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungannya adalah dapat disimpan dalam waktu tidak terbatas, media tempat penyimpanan (container) tetap terisi N2 cair, dapat dikoleksi setiap saat, dapat digunakan kapan saja bila dibutuhkan, untuk melestarikan plasma nutfah dan tidak perlu mengimpor dan dapat memelihara ternak yang memiliki genetik tunggal. Sedangkan kerugiannya adalah biaya operasional sangat mahal, memiliki kemampuan yang tinggi, sel gamet yang dihasilkan berkualitas baik dan layak disimpan dalam keadaan beku (Suprianata dan Pasaribu, 1992).
Berdasarkan kejadiannya secara fisik, teknik kriopreservasi dapat dibedakan menjadi dua metode yaitu metode konvensional dan vitrifikasi (Rall dan Fahy, 1985; Niemann, 1991; Suprianata dan Pasaribu, 1992). Metode konvensional merupakan pembawa materi genetik ternak (sel gamet) yang disimpan pada suhu dibawah 0OC dan disertai pembentukan kristal-kristal es. Pembentukan kristal-kristal es dimulai pada bagian ekstraseluler yang mengakibatnya terjadi dehidrasi sehingga menimbulkan kekeringan yang sangat besar dan kerusakan organel-organel intraseluler seperti mitokondria, lisosom dan sebaliknya. Teknik vitrifikasi adalah proses fisik berupa pemadatan medium krioprotektan berkonsentrasi tinggi selama pendinginan tanpa disertai pembentukan kristal-kristal es. Dalam keadaan padat distribusi ion-ion dan molekul tetap seperti dalam fase cair (Rall, 1992).
Medium yang digunakan memiliki tiga sifat umum, yaitu larutan yang mengandung krioprotektan intraseluler dengan konsentrasi tinggi, larutan yang membutuhkan garam-garam fisiologis dan mengandung makromolekul untuk meningkatkan kemampuan larutan dan proses supercooling (Niemann, 1991). Teknik ini memiliki kelebihan yaitu sederhana, dapat diandalkan, relatif mudah untuk diaplikasikan dilapangan dan tidak memerlukan alat khusus (Rall, 1992).
Berikut ini merupakan salah satu contoh penyimpanan sel spermatozoa dengan metode konvensional (Gambar 1). Pertama-tama yang perlu dilakukan dalam koleksi spermatozoa dari ternak jantan antara lain massase, menggunakan vagina buatan dan elektro ejakulator. Segera setelah koleksi, spermatozoa dievaluasi secara makroskopik (volume, warna, kekentalan, dan pH) dan secara mikroskopik (gerakan massa, konsentrasi, presentase abnormalitas, presentase hidup, persentase abnormalitas, persentase akrosom dan presentase membran plasma utuh). Persyaratan umum spermatozoa yang akan dibekukan minimal persentase motilitas 70%, konsentrasi 2 x 109 sel / ml, gerakan massa ++ / +++, persentase hidup minimal 80% dan persentase abnormal tidak lebih dari 15%. Apabila spermatozoa yang memenuhi persyaratan, maka langsung dilakukan proses pengenceran. Pengeceran merupakan proses untuk memperbanyak volume spermatozoa serta untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kimia sperma selama proses penyimpanan.
Pengemasan dilakukan dengan menggunakan straw. Ukuran straw bevariasi ada yang 0.25 cc, 0.50 cc dan bahkan ada 1 cc. Kemudian dilakukan ekuilibrasi dengan tujuan agar spermatozoa dapat menyesuaikan diri dengan pengencer, sehingga pada waktu proses pembekuan kematian spermatozoa yang berlebihan dapat dihindarkan. Berikut adalah pembekuan dengan proses penguapan di atas N2 cair selama 10 - 15 menit, kemudian disimpan dalam kontainer yang mengandung N2 cair. Proses thawing dapat dilakukan kapan saja apabila diperlukan. Spermatozoa yang telah dibekukan minimal memiliki motilitas 40% (standar baku) setelah thawing.
Gambar 1. Proses Penyimpanan sel spermatozoa dengan teknik konvensional.
(Rall, 1992).


Faktor-faktor yang dapat merusak spermatozoa selama pemyimpanan
Kejadian yang dapat merusak dan menurunkan viabilitas spermatozoa selama proses penyimpanan dan pembawa materi genetik ternak (sel gamet) dengan teknik kriopreservasi yaitu kejutan dingin (cold shock) dan pembentukan krista-kristal es. Kejutan dingin terjadi karena adanya penurunan suhu secara mendadak dibawah suhu 0OC. Watson (1995) menyatakan bahwa kejadian kejutan dingin berkaitan erat dengan fase pemisahan dan penurunan sifat-sifat permeabilitas secara selektif dan membran bioligik sel hidup.
Pengaruh kejutan dingin terhadap pembawa materi genetik ternak dapat dilihat pada sel spermatozoa dan sel telur (oosit). Pada sel spermatozoa, kejutan dingin menyebabkan terjadi penurunan motilitas, pelepasan enzim pada akrosom, perpindahan ion melewati membran dan penurunan kandungan lipid (fosfolipid dan kolestrol) yang berperan untuk mempertahankan integritas struktural-membran plasma (Weitze dan Petzoidt, 1992; White, 1993).
Pembentukan kristal-kristal es berkaitan erat dengan perubahan tekanan osmotik dalam fraksi yang tidak beku (Watson, 2000). Pengaruh pembentukan kristal-kristal es terhadap pembawa materi genetik ternak selama proses kriopreservasi dapat dilihat pada sel spermatozoa dan sel telur. Pada sel spermatozoa dapat menyebabkan penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa, peningkatan pengeluaran enzim-enzim intraseluler ke ekstraseluler dan kerusakan pada organel-organel sel, seperti mitokondria dan lisosom (Suprianata dan Pasaribu, 1992; Dhani dan Sahni, 1992). Apabila mitokondria rusak dan rantai oksidasi putus akan mengakibatkan spermatozoa berhenti bergerak karena tidak ada pasokan energi dari organel mitokondria. Sumber energi mitokondria berperan untuk menggertak mikrotubul sehingga terjadi pergesekan diantara mikrotubul sehingga spermatozoa dapat bergerak secara bebas (motil).

Krioprotektan dan Aditif

Krioprotektan merupakan zat kimia non elektrolit yang berperan untuk mengurangi dan mematikan selama pembekuan berupa larutan kristal es untuk mempertahankan viabilitas sel. Berdasarkan sifat-sifat fisikokimia dan daya permeabilitas membran, krioprotektan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (1) krioprotektan intraseluler, merupakan membran yang dapat keluar masuk dan memiliki bobot molekul lebih kecil sehingga bersifat permeabel (contoh: gliserol, etilen glikol, propanadiol), dan (2) krioprotektan ekstraseluler, merupakan sel yang tidak dapat keluar masuk membran karena memiliki bobot molekul lebih besar sehingga bersifat nonpermeatif (contoh: protein, sukrosa, manosa, rafinosa, kuning telur, susu) (Supriatna & Pasaribu, 1992; Amann, 1999).

Penggunaan gliserol

Krioprotektan digunakan dalam proses pembekuan semen hewan mamalia yaitu berupa gliserol. Penggunaan gliserol sebagai krioprotektan merupakan suatu teknik kriopreservasi yang telah ditemukan sejak tahun 1950 sampai sekarang masih digunakan untuk pembekuan sel. Di dunia Kedokteran Hewan Pembekuan semen anyak digunakan oleh berbagai negara termasuk Indonesia yang berperan utama untuk meningkatkan kapasitas produksi ternak (dairy product). Beberapa kendala yang membatasi penggunaan teknolgi ini yaitu perbedaan fisiologis dan biokimia spermatozoa pada setiap spesies dan adanya mekanisme transport sperma dalam saluran reproduksi betina (Holt, 2000).
Kemampuan gliserol untuk mengikat air cukup kuat karena adanya tiga gugus hidroksil yang dimilikinya. Gliserol dapat berdifusi ke dalam sel dan mampu mengubah kristal es menjadi membran sel sehingga tidak mudah rapuh (Supriatna & Pasaribu 1992).
Mekanisme pergerakan gliserol dalam spermatozoa belum diketahui secara pasti, karena gliserol dapat menggantikan air menjadi elektrolit-elektrolit intraseluler dan dapat mengurangi konsentrasi spermatozoa yang rusak oleh Kristal es yang terbentuk (Toelihere 1985). Krioprotektan dapat mengikat membran plasma dan gugus fosfolipid yang berikatan dengan protein dan glikoprotein yang dapat menyebabkan partikel-partikel intra-membran terkumpul (Park & Graham 1992).
Gliserol dapat memberikan perlindungan terhadap sel spermatozoa yang merusak selama proses pembekuan semen, menyebabkan kejutan osmotik, dan menurunkan nilai antibiotika dalam pengencer semen, serta menurunkan volume sel sperma sebanyak setengah dari volume larutan isotonik sesudah pencairan kembali. Kandungan gliserol di dalam pengencer semen bergantung pada metode pendinginan / pembekuan, komposisi pengencer, dan cara penambahan dosis gliserol dalam pengencer semen bervariasi pada berbagai jenis ternak. Dosis optimum gliserol dalam pengencer semen sapi sebesar 7% (Viswanath & Shannon 2000), semen kerbau 6% (Kumar et al., 1992) dan semen kambing 6-8% (Sinha et al., 1992, Das & Rajkonwar 1994, Tambing et al., 2000).

Penggunaan Kuning Telur

Kuning telur mempunyai pengaruh cryoprotective pada sperma. Aktivitas cryoprotective kuning telur diperantarai oleh fraksi lipoprotein densitas rendah. Fraksi lipoprotein densitas rendah berfungsi sebagai agen lipid tambahan pada membran plasma sel sperma. Seperti glycerol, konsentrasi optimal kuning telur pada setiap spesies (Curry, 1995).
Khasiat kuning telur yaitu: (i) untuk mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein sel spermatozoa (Toelihere,1985), (ii) bersifat osmotik sebagai penyanggah sel permatozoa terhadap larutan hipotonik dan hipertonik (Jones & Martin 1973), dan (iii) sebagai pelindung terhadap dingin dan mencegah terjadinya peningkatan kalsium ke dalam sel yang dapat merusak spermatozoa (Park & Graham 1992, White 1993). Kuning telur dapat digunakan sebagai pengencer semen, sumber energi dan agens protektif. Komponen kuning telur yang bertanggung jawab sebagai agens krioprotektif ialah lesitin, fosfolipid, ektrak lipid, fraksi lipoprotein dan lipoprotein spesifik (Vishwanath & Shannon, 2000).
Dosis kuning telur yang digunakan pada umumnya sangat bervariasi misalnya pengencer semen sapi 15% - 30% v/v (Vishwanath & Shannon 2000), semen kambing 10 - 25% (Deka & Rao 1986, Tredjo et al. 1996), dan semen domba 1.5 - 3.0% (Salamon & Maxwell 1995).

Aspek-Aspek Praktis dari Kriopreservasi Semen

Pemrosesan semen pada kriopreservasi telah dijelaskan sebelumnya. Semen dikemas dalam straw (0,25 dan 0,5ml) untuk pembekuan dan penyimpanan, atau dibekukan sebagai pelet pada depresi dangkal es kering. Straw dibekukan dalam fase uap diatas nitrogen cair atau pada mesin pembeku dengan laju terkontrol. Spermatozoa dikemas dalam bentuk straw 0,2ml atau sekitar 10 - 15 juta sel spermatozoael yang diinseminasikan langsung dari straw sesudah pencairan. Sedangkan disisi semen babi dapat dibekukan pada kuantitas yang lebih besar dengan volume 200l pada tabung 10 - 15 ml spermatozoa untuk satu kali inseminasi.
Hewan ternak seperti biri-biri, rusa dan hewan ruminansia eksotik lainnya dapat menggunakan pipet khusus inseminasi laparoskopis yang telah dikembangkan dengan ukuran straw 0,25 ml dan jumlah sperma lebih rendah dari metode inseminasi secara trans servikal. Inseminasi dapat dilakukan setelah proses pencairan dalam waktu beberapa detik dengan menggunakan pipet trans servikal. Keuntungan dari penelitian ini adalah tidak ada cara yang lebih mudah untuk mencairkan sampel semen dengan mengurangi konsentrasi simultan krioprotektan yang dapat memberikan keunggulan secara cepat dan jelas setelah proses pencairan basah dengan menuangkan pelet ke dalam larutan khusus. Pencairan straw biasanya dilakukan dengan pencelupan dalam bak air hangat dengan suhu optimum dan kombinasi waktu dapat digunakan dalam penelitan ini dengan pencairan pada suhu maksimum (60-700C). Manfaat dari penelitian kompa¬ratif ini yaitu teknik pencairan denga laju penghangtan yang lebih cepat dan dapat menghasilkan kualitas sperma yang baik (Pursel dan Park. 1985).
Hasil dari penelitian ini telah banyak mengundang para peneliti untuk melakukan metode kriopreservasi yang telah memberikan pemahan baru dalam suatu penelitian mengenai krioprotektan dalam menentukan kelangsungan hidup sel selama peoses beku sampai cair dan kelebihan dari metode ini dapat menunjukkan bahwa penyimpanan volume sel lebih besar dapat menyebabkan membran pecah (Bailey et al., 1994).
Parkinson dan whitfield (1987) menyatakan bahwa periode pendimginan dan pembekuan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup sperma dan meningkatkan fertilitas spermatozoa. Volume pembekuan yang lebih besar seperti maxi-straw atau kantung plastik dapat mempengaruhi kebutuhan dan pengembangan sistem control suhu yang lebih selektif.

Kontrol Penyakit

Penularan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus antar sampel semen manusia pada N2 cair akhir-akhir ini banyak mengundang perhatian para peneliti di Inggris terhadap penularan penyakit hepatitis dari seorang pasien dihubungkan dengan sel sumsum tulang yang terkontaminasi dan terinfeksi rusak dalam wadah penyimpanan sampel yang sama. Hasil penelitian ini rekomendasikan bahwa semua straw semen manusia harus disimpan dalam uap, bukan dalam cair wadah nitrogen yang menyebabkan kekhawatiran besar pada penyimpanan semen (Bailey et al., 1994).

Penilaian Semen Beku

Pembekuan atau pencairan semen beku dapat menyebabkan kerusakan sperma dan menghilangkan fertilitas spermatozoa. Untuk membuahi sel telur, spermatozoon harus mempertahankan kemampuannya untuk memasuki oosit dan flagellum dengan mendorongan permukaan membran dan menghindari pencakupan oleh fagosit pada saluran reproduksi atau pengikatan ireversibel pada sel epitel. Spermatozoon dapat mengikat zona plucida dan merespon reaksi akrosom pada jalur penanda dan struktur terkait seperti plasma dan membran akrosomal luar harus tetap utuh dan tidak rusak pada saat kriopreservasi. Penerasi zone diikuti oleh fusi sperma-oolemma yang melibatkan transfer faktor cytoplasmik atau stimulasi jalur penanda. Kromatin sperma disediakan untuk dekondensasi yang menderita stabilisasi dan destabilisasi tambahan yang tepat selama kriopreservasi (Bailey et al., 1994).
Kerusakan pada salah satu unit fisiologis dapat menurunkan kualitas spermatozoon sehingga tidak mampu membuahi oosit terjadi infertilitas. Peningkatan kualitas spermatozoa dipengaruhi oleh kriopserpasi untuk meningkatkan fertilitas yang dibutuhkan 10 kali lebih banyak spermatozoa beku dibandingkan spermatozoa segar.
Dosis standar sperma per inseminasi yaitu 25 juta spermatozoa beku dan 2,5 juta spermatozoa segar. Perbandingan dosis sperma yang telah dikembangkan dalam beberapa tahun yaitu 10:1 yang sama masih berlaku; dosis sperma di New Zealand 10-15 juta spermatozoa kriopre¬ser¬vasi per straw inseminasi vs 1-1,5 juta spermatozoa segar (Bailey et al., 1994).

Tes Fungsi Sperma

Penelitian ini dilakukan untuk melihat fungsi sperma yang telah dikembangkan pada 10 – 15 tahun yang lalu dengan menggabungkan teknik, nilai aspek seta fungsi yang berbeda-beda secara simultan (serentak). Aspek fungsional dilakukan untuk melihat reaksi akrosomal dan motilitas sperma yang meliputi membran plasma, integritas akrosomal dan mitokondria. Sedangkan sitometri digunakan sebagai alternatif pada mikroskopi untuk melihat struktur sel yang diperiksa (Bailey et al., 1994).
Teknik eosin/nigrosin digunakan pada laboratorium sebagai sarana untuk penilaian membran plasma dengan uji fluorescen fluorescen seperti propidium iodide (PI), pengambilan simultan dan penahanan fluorokrome (Bailey et al., 1994). Sedangkan ester non-fluorescen dari fluorokrom seperti karboksi fluoresein diasetat meng¬hasilkan fluorokrom pada pembelahan intrasel dengan esterase, atau fluoresen membran-permeabel memiliki afinitas DNA-STBR-14. Dengan demikian aliran mikroskop atau sitometri digunakan untuk penilaian sel yang rusak/utuh (rasio hidup/mati), sedangkan pewarnaan fluorescen dapat mengikat membran mitokondria dan penilaian mitokondria dengan menggunakan rhodamine 123 (Bailey et al., 1994).
Kriopreservasi dapat menimbulkan kerusakan fisik pada beberapa sel, dan akrosom. Akrosom tidak dapat menggabungkan membran plasma dan penilaian yang berbeda dari hasilnya sendiri. Sedangkan mikroskop digunakan untuk mengevaluasi spermatozoa yang dapat menghasilkan data akrosomal normal (% NAR). Penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan fluorescen (Bailey et al., 1994).
Motilitas sperma digunakan untuk penilaian semen pasca cair sederhana yang dapat memberikan kelangsungan hidup spermatozoa. Dengan demikian, penelitian mengenai fertilisasi dapat menggunakan sistem komputer seperti penilaian kualitas semen. Sedangkan pada penelitian fertilisasi spermatozoa manusia dapat menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pembuahan dari sampel semen donor. Hasil dari penelitian ini dapat menunjukkan bahwa penilain semen dengan menggunakan komputer dapat memprediksikan fertilitas semen sapi beku dan semen babi cair yang menunjukkan pengukuran terhadap kelangsungan hidup sperma in vitro pada kapasitasi, fertilisasi dan perkembangan hidup embrio (Bailey et al., 1994).
Hasil penelitian diatas dapat simpulkan bahwa tes fungsi sperma dapat dilakukan penelitian lebih lanjut seperti tes fungsional yang telah dilakukan pada inseminasi heterospermi dengan menggunakan berbagai tipe-tepe fertilitas pada tes fungsi sperma yang lebih tepat (Bailey et al., 1994).

PEMBAHASAN

Aktivitas metabolisme dan motilitas sperma terjadi pada petingkatan suhu. Peningkatan temperatur hingga mencapai 10oC diatas suhu lingkungan dapat mempengaruhi tingginya aktivitas metabolisme spermatozoa (2 kali lipat aktivitas), hal ini mengakibatkan daya tahan hidup sperma lebih singkat. Diatas suhu 50oC, sperma akan kehilangan daya geraknya dalam waktu 5 menit. Hasil penelitian ini terjadi perbedaan yang signifikan pada motilitas spermatozoa pada suhu tubuh (37oC) dan suhu kamar (20oC). Pemeriksaan dan penilaian spermatozoa sebaiknya dilakukan pada suhu 37oC dengan penyimpanan secara in vitro pada temperatur 37oC, karena spermatozoa hanya mampu bertahan hidup beberapa jam, adanya aktivitas penimbunan asam laktat, penuaan dan pertumbuhan bakteri (Curry, 1995).
Aktivitas pendinginan dapat mempengaruhi kualitas dan memperpanjang masa hidup sperma. Sperma akan rusak apabila di dinginkan di bawah suhu 0oC, kecuali dengan ditambahkan cryoprotectant ke dalam medium. Kejadian yang dapat merusak dan menurunkan viabilitas spermatozoa selama proses penyimpanan dan pembawa materi genetik ternak (sel gamet) dengan teknik kriopreservasi yaitu kejutan dingin (cold shock) dan pembentukan krista-kristal es. Kejutan dingin terjadi karena adanya penurunan suhu secara mendadak dibawah suhu 0OC. Kejadian ini berkaitan erat dengan fase pemisahan dan penurunan sifat-sifat permeabilitas secara selektif dan membran bioligik sel hidup. Kerusakan yang disebabkan oleh cold shock diakibatkan karena adanya kontraksi membran lipoprotein lebih besar daripada kontraksi sel intracelullar. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa cold stock sangat resitensi terhadap karakteristik sel yang bukan bersifat plasma semen (Toelihere, 1981; Curry, 1995, Arthur et al., 1996).
Cold shock dapat dicegah dengan pendinginan semen secara bertahap pada suhu kritis dibawah 15oC - 0oC hasil ini dapat membuktikan dengan adanya meningkatkan kriosurvival sperma pasca thawing dan dengan penambahan non-penetrating cryoprotectant seperti dissacharides dan protein sedangkan fosfolipid dan lecithin merupakan komponen pelindung sperma yang terdapat pada kuning telur dan susu skim (Curry, 1995).

KESIMPULAN

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik kriopreservasi, yaitu (1) apabila terjadi dehidrasi (pengeluaran air dalam sel) akan terjadi kekeringan yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel (2) Apabila tidak terjadi dehidrasi akan terbentuk kristal-kristal es yang dapat merusak sel, jaringan dan materi genetik ternak lainnya.

Terjadi dua venomena utama yang dapat merusak ataupun menurunkan viabilitas selama proses penyimpanan dengan teknik kriopreservasi yaitu kejutan dingin (Cold shock) dan pembentukan Kristal-Kristal es. Cold shock digunakan untuk mencegah semen sapi terhadap pendinginan pada suhu kritis 15oC - 0oC serta meningkatkan kriosurvival sperma pasca thawing.


DAFTAR PUSTAKA

Amann RP. 1999. Cryopreservation of semen. Di dalam: Encyclopedia of Reproduction. Vol. 1 London: Academic.

Arthur, G.H., Noakes, D.E., Harold, P., Parkinson, T.J. 1996. Veterinary Reproduction and Obstetrics. Seventh Edition. W.B. Saunders Company Ltd. London, England.

Bailey JL, Buhr MM. 1994. Cryopreservation alters the Ca2+ flux of bovine spermatozoa. Can J Anim Sci 74.

Curry, M.R., 1995. Kriopreservasi of Semen from Domestic Livestocks. In: Cryopreservasi and Freeze-Drying Protocol. Humana Press Inc., Totowa, NJ.

Das KK, Rajkonwar CK. 1994. Morphological of acrosome during equilibration and after freezing of buck semen with raffinosa egg yolk glycerol extenders. Indian Vet J 71.

Deka BC, Rao AR. 1986. Effect of egg yolk levels on quality of frozen buck semen. Indian Vet J 63.

Dhami, A. J. and K.L. Sahni. 1993. Evaluation of different cooling rates, equilibration periods and diluent for effect on deep-freezing, enzyme leakage and fertility of Taurine bull spermatozoa. Theriogenol Schellander, K., J.Peli, F.

Holt, W.V. 2000. Basic Aspect of Frozen Storage of Semen. Anim. Reprod. J Reprod Fert, C on the ultrastructure of ram spermatozoa. 35.

Kumar S, Sahni KL, Mohan G. 1992. Effect of different glycerol and yolk on freezing and storage of buffalo semen in milk, tris and sodium citrate buffers. Buffalo J 2.

Leibo, S.P., A. Martino, S. Kobayashi and J.W. Pollard. 1996. Stage-dependent sensitivity of oocytes and embryos to low temperatures. Anim. Repord.

NIemann, H. 1991. Cryopreservation of ova and embryos from livestock : current status and research needs. Theriogenelogy.

Parks JE, Graham JK. 1992. Effects of cryopreservation procedures on sperm membranes. Theriogenology 38.

Rall, W. F dan G.M. Fahy, 1985. Vitrification a new approach to embryo cryopreservatio. Theriogenology.

Rall, W.F. 1992. Cryopreservation of oocytes and embryos : methods and application Ani. Repord.

Salamon S, Maxwell WMC. 1995. Frozen storage of ram semen I: processing, freezing, thawing and fertility after cervical insemination. Anim Reprod Sci 37.

Schmoll and G. Brem. 1994. Effect of different cryoprotectans and carbohydrates on freezing of matured and unmatured bovine oocytes. Theriogenology 42.

Sinha S, Deka BC, Tamulu MK, Borgohain BN. 1992. Effect of equilibration period and glycerol level in tris extender on quality of frozen goat semen. Indian Vet J 69.

Suprianata, I. dan F.H. Pasaribu. 1992. In Vitro Fertization, Transfer Embrio dan Pembekuan Embrio. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Tambing SN, Toelihere MR, Yusuf TL, Sutama IK. 2000. Pengaruh gliserol dalam pengencer Tris terhadap kualitas semen beku kambing Peranakan Etawah. JITV 5.

Toelihere MR. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Angkasa. Jones RC, Martin ICA. 1973. The effects of dilution egg yolk and cooling to 50

Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Edisi Pertama. Penerbit Angkasa, Bandung-Indonesia.

Tredjo AG, Anaya MJ, Hernandez GM. 1996. Effect of egg yolk concentration and the cooling rates on the sperm motility and acrosomal integrity of frozen caprine semen. Di dalam: Proc. VI International Conference on Goats, Beijing, 6-11 Mei 1996.

Viswanath R, Shannon P. 2000. Storage of bovine semen in liquid frozen state. Anim Reprod.

Watson PF. 1995. Recent developments and concepts in the cryopreservation of spermatozoa and assesment of their post-thawing function. Reprod Fertil Dev 7.

Watson, P.F. 2000. The Causes of reduced fertility with cryopreserved semen. Anim. Reprod.

Weitze, K.F. and R. Petzoldt. 1992. Preservation of semen. Anim. Repord.

White IG. 1993. Lipids and calcium uptake of sperm in relation to cold shock and preservation. A review. Reprod Fertil Dev 5.

Read more

0 Infeksi Parvo Virus Pada Anjing

Monday, May 16, 2011
Parvo virus adalah penyakit infeksi yang cukup sering terjadi pada anjing. Penyakit ini disebabkan oleh Canine Parvovirus type 2 (CPV 2). Virus ini banyak menyerang anjing muda, yaitu pada usia 6 รข€“ 16 minggu, namun anjing tua juga dapat terjangkit walaupun jarang. Semua ras anjing dapat terserang virus ini terutama untuk ras Rottweiler, Dobermann, Golden Retriever dan Labrador Retriever.
Gejala penyakit Parvo yang paling spesifik adalah muntah dan diare berdarah yang terjadi berulang-ulang. Gejala lainnya adalah lesu, tidak mau makan dan demam. Bila muntah dan diare berlangsung terus maka anjing akan mengalami dehidrasi dan kehilangan berat badan Tanpa adanya penanggulangan yang tepat maka anak anjing biasanya tidak dapat bertahan hidup.
Diagnosa Parvo Virus dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis nya, atau yang lebih modern adalah dengan memakai kit diagnostik parvo dengan sample dari kotoran/feses anjing.
Terapi infeksi Parvo virus meliputi terapi simtomatis dan suportif. Terapi suportif berupa pamberian infus diperlukan mengingat hewan kahilangan elektrolit tubuh akibat diare dan muntah. Penggantian cairan yang hilang dilakukan dengan memberikan infus Lactat Ringer dan 5 % Dextrose. Antibiotik yang dapat digunakan adalah antibiotik spektrum luas di antaranya Ampicillin dan Gentamicin. Antibiotik ini bertujuan untuk mencegah infeksi sekunder akibat kondisi hewan yang lemah. Anti muntah dan vitamin juga dapat diberikan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi Parvo Virus :
* Membeli anjing yang telah divaksin terhadap Parvo
* Induk anjing sebelum dipacak harus dilengkapi vaksinasinya, agar anakan mendapat maternal immunity yang cukup dari air susu induknya.
* Lingkungan tempat tinggal anjing harus selalu dijaga kebersihannya.
* Nutrisi dan gizi untuk anak anjing harus diperhatikan untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.
* Anakan anjing berusia di bawah 3 bulan sebaiknya tidak kontak dengan anjing lain yang belum jelas status kesehatannya.
Read more

0 Beternak Ayam Kampung Pedaging

Mengubah sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif ke sistem semi intensif atau intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak sistem tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan tetapi kalau dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem intensif. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha beternak ayam kampung, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Bibit

Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara : dengan membeli DOC ayam kampung langsung dari pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau dengan bantuan mesin penetas. Kami tidak akan menguraikan sisi negatip dan positif cara mendapatkan DOC ayam kampung karena akan memerlukan halaman yang panjang nantinya. Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.

2. Pakan

Kita ketahui bersama bahwa pakan mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha. Pakan untuk ayam kampung pedaging sebenarnya sangat fleksibel dan tidak serumit kalau kita beternak ayam pedaging, petelur atau puyuh sekalipun. Bahan pakan yang bisa diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti sisa dapur/warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS, dan lain sebagainya. Yang terpenting dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg.

Jumlah pakan yang diberikan sesuai tingkatan umur adalah sebagai berikut :

* 7 gram/per hari sampai umur 1 minggu
* 19 gram/per hari sampai umur 2 minggu
* 34 gram/per hari sampai umur 3 minggu
* 47 gram/per hari sampai umur 4 minggu
* 58 gram/per hari sampai umur 5 minggu
* 66 gram/per hari sampai umur 6 minggu
* 72 gram/per hari sampai umur 7 minggu
* 74 gram/per hari sampai umur 8 minggu

Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur dengan vitamin+antibiotika.

3. Perkandangan

Syarat kandang yang baik : jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang.

Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan obat.

Ukuran kandang : tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran sebaiknya lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m. Yang perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2 minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam.

Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm. Model atap monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada lubang sebagai ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes.

Pemeliharaan ayam kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan fase finisher (umur 5-8 minggu). Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok (dengan pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar. Suhu dalam kandang bok biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada fase finisher digunakan kandang ren atau postal seperti model pemeliharaan ayam broiler.

4. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen atau tatalaksana pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan suatu usaha peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang berkualitas belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila manajemen pemeliharaan yang diterapkan tidak tepat. Sistem pemeliharaan pada ayam kampung bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :

* Ekstensif /tradisional (diumbar), tanpa ada kontrol pakan dan kesehatan
* Semi intensif (disediakan kandang dengan halaman berpagar), ada kontrol pakan dan kesehatan ternak akan tetapi tidak ketat
* Intensif (dikandangkan seperti ayam ras), ada kontrol pakan dan kesehatan dengan ketat

Model pemeliharaan ayam kampung secara intensif lebih disarankan dari yang lainnya terutama dalam hal kontrol penyakit. Sebenarnya masih banyak lagi manfaat dari cara beternak secara intensif, akan tetapi kami tidak dapat menguraikannya di sini.

5. Pengendalian Penyakit

Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengendalian penyakit. Kita semua akan setuju dengan statement “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain :

1. Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya
2. Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak
3. Melakukan vaksinasi secara teratur
4. Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit
5. Manajemen pemeliharaan yang baik
6. Kontrol terhadap binatang lain

Berikut kami uraikan sedikit beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang ayam kampung :

a. Tetelo (ND)
Penyebab : paramyxivirus
Gejala : ngorok dan batuk-batuk, gemetaran, kepala berputar-putar, kelumpuhan pada kaki dan sayap, kotoran berwarna putih kehijauan.
Pencegahan : vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang, terhadap ayam yang terkena ND maka harus dibakar.
Pengobatan : belum ada

b. Gumboro (gumboro disease)
Penyebab : virus
Gejala : ayam tiba-tiba sakit dan gemetar serta bulu-bulunya berdiri, sangat lesu, lemah dan malas bergerak, diare putih di sekitar anus.
Pencegahan : vaksinasi teratur dan menjaga sanitasi kandang
Pengobatan : belum ada

c. Penyakit cacing ayam (worm disease)
Penyebab : Cacing
Gejala : pertumbuhan terhambat, kurang aktif, bulu kelihatan kusam.
Pencegahan : pemberian obat cacing secara berkala, sanitasi kandang yang baik, penggantian litter kandang secara berkala, dan mencegah serangga yang dapat menjadi induk semang perantara.
Pengobatan : pemberian obat cacing seperti pipedon-x liquid, sulfaquinoxalin, sulfamezatin, sulfamerazin, piperazin dan lain sebagainya

d. Berak kapur (Pullorum)
Penyebab : Bakteri Salmonella pullorum
Gejala : anak ayam bergerombol di bawah pemanas, kepala menunduk, kotoran melekat pada bulu-bulu disekitar anus
Pencegahan : mengusahakan induk terbebas dari penyakit ini, fumigasi yang tepat pada mesin penetas dan kandang
Pengobatan : noxal, quinoxalin 4, coxalin, neo terramycyn atau lainnya

e. Berak darah (Coccidiosis)
Penyebab : protozoa Eimeria sp.
Gejala : anak ayam terlihat sangat lesu, sayap terkulai, kotoran encer yang warnanya coklat campur darah, bulu-bulu disekitar anus kotor, ayam bergerombol di tepi atau sudut kandang.
Pencegahan : mengusahakan sanitasi yang baik dan sirkulasi udara yang baik pula atau bisa juga dengan pemberian coccidiostat pada makanan sesuai takaran
Pengobatan : noxal, sulfaquinoksalin, diklazuril atau lainnya

6. Pasca Panen dan Pemasaran

Pemasaran ayam kampung pada dasarnya mudah karena disamping jumlah permintaan yang tinggi, harga ayam kampung masih tergolong tinggi dan stabil, sedang produksi masih terbatas. Ayam kampung dapat dijual dalam bentuk hidup atau sudah dipotong (karkas). Rumah tangga, pengepul ayam, pasar tradisional, warung, supermarket sampai hotel berbintang membutuhkan pasokan ayam kampung ini. Harga ayam kampung hidup berkisar antara Rp 19.000 - Rp 22.000/ekor di tingkat peternak.

7. Pengelolaan Produksi

Sebagai seorang peternak yang profesional maka perlu untuk menjaga agar produksi yang kita lakukan dapat memenuhi standar kualitas dan kontinuitas produk. Maka diperlukan pengelolaan atau pengaturan produksi agar usaha kita dapat berproduksi secara kontinyu. Untuk kekontinuitasan usaha perlu pengaturan dan penjadwalan secara teratur kapan DOC masuk dan kapan ayam di panen, karena hal itu lebih disukai oleh pengepul atau mitra kerja kita daripada hanya sekali panen dalam jumlah banyak. Tapi perlu diingat juga bahwa pengelolaan produksi sangat terkait dengan modal, ketersediaan kandang, jumlah ketersediaan DOC, dan jumlah permintaan ayam siap panen.
Read more

0 Budidaya Ayam Ras Pedaging


1. SEJARAH SINGKAT
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

2. SENTRA PETERNAKAN
Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi

3. J E N I S
Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab
semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama.
Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.

4. MANFAAT
Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:
1) penyediaan kebutuhan protein hewani
2) pengisi waktu luang dimasa pensiun
3) pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja
4) tabungan di hari tua
5) mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)

5. PERSYARATAN LOKASI
1) Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2) Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3) Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
2. Peralatan
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b. Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
c. Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
e. Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
3.

6.2. Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
b) pertumbuhan dan perkembangannya normal
c) ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
d) tidak ada lekatan tinja di duburnya.
1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:
a. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
2.
3. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.

6.3. Pemeliharaan
1. Pemberian Pakan dan Minuman
Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
- kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
- kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
- kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
- kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

2. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah
sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
3.
4. Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.




7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

7.2. Hama
1. Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.


8. P A N E N
8.1. Hasil Utama
Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam

8.2. Hasil Tambahan
Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.

9. PASCA PANEN
9.1. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
9.2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
9.3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 derajat C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
9.4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.
9.5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Dasar perhitungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dalam analisis ini, antara lain adalah:
a. jenis ayam yang dipelihara adalah jenis ayam ras pedaging (broiler) dari strain CP.707.
b. sistem pemeliharaan yang diterapkan dengan cara intensif pada kandang model postal
c. luas tanah yang digunakan yaitu 200 m2 dengan nilai harga sewa tanah dalam 1 ha/tahun adalah Rp 1.000.000,-.
d. kandang terbuat dari kerangka bambu, lantai tanah, dinding terbuat dari bilah-bilah bambu denga alas dinding setinggi 30 cm, terbuat dari batu bata yang plester dan atap menggunakan genting.
e. ukuran kandang, yaitu tinggi bagian tepinya 2,5 m, lebar kandang 5 m dan lebar bagian tepi kandang 1,5 m.
f. lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan listrik.
g. menggunakan alat pemanas (brooder) gasolec dengan bahan bakar gas.
h. penerangan dengan lampu listrik.
i. umur ayam yaitu dimulai dari bibit yang berumur 1 hari
j. litter/alas kandang menggunakan sekam padi.
k. jenis pakan yang diberikan adalah BR-1 untuk anak ayam umur 0-4 minggu dan BR-2 untuk umur 4-6 minggu.
l. tingkat kematian ayam diasumsikan 6%.
m. lama masa pemeliharaan yaitu 6 minggu (42 hari).
n. berat rata-rata per ekor ayam diasumsikan 1,75 kg berat hidup pada saat panen.
o. harga ayam per kg berat hidup, yaitu diasumsikan Rp 2500,-, walau kisaran harga sampai mencapai Rp 3000,- ditingkat peternak/petani.
p. ayam dijual pada umur 6 mingu atau 42 hari.
q. nilai pupuk kandang yaitu Rp 60.000,-.
r. bunga Bank yaitu 1,5%/bulan
s. nilai penyusutan kandang diperhitungkan dengan kekuatan masa pakai 6 tahun dan nilai penyusutan peralatan diperhitungkan dengan masa pakai 5 tahun.
t. perhitungan analisis biaya ini hanya diperhitungkan sebagai Pedoman dasar, karena nilai/harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.

Adapun rincian biaya produksi dan modal usaha tani adalah sebagai berikut :
1) Biaya prasarana produksi
a. Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan Rp. 20.000,-
b. Kandang ukuran 20 x 5 m
- Bambu 180 batang @ Rp 1250,
- Semen 4 zak @ Rp 7000,
- Kapur 30 zak @ Rp 6000,
- Genting 2600 bh @ Rp 90,
- Paku reng 5 kg @ Rp 2000,
- Paku usuk 7000 kg @ Rp 1800,
- Batu bata 1000 buah @ Rp 55,
- Pasir 1 truk
- Tali 28 meter @ Rp 5000,
- Tenaga kerja
Rp. 225.000,-
Rp. 28.000,-
Rp. 18.000,-
Rp. 234.000,-
Rp. 10.000,-
Rp. 12.600,-
Rp. 55.000,-
Rp. 230.000,-
Rp. 14.000,-
Rp. 400.000,-
c. Peralatan
- Tempat pakan 28 bh @ Rp 5000,
- Tempat minum 32 bh @ Rp 3880,
- Sekop 1 bh
- Ember 2 bh @ Rp 2000,
- Tong bak air 1 bh
- Ciduk 2 bh @ Rp 500,
- Tabung gas besar 1 bh
- Thermometer 1 bh
- Regulator 1 bh
- Brooder (gasolec) 1 bh
- Tali gantung tmp pakan 120 m @Rp 500,-
Rp. 140.000,-
Rp. 124.000,-
Rp. 7.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 15.000,-
Rp. 1.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 52.500,-
Rp. 15.000,-
Rp. 60.000,-
Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 2.052.000,-

2) Biaya sarana produksi
a. Bibit DOC 1000 bh @ Rp 900,- Rp. 900.000,-
b. Pakan dan obat-obatan
- BR-1 31 zak (0-4 minggu) @Rp 36.000,
- BR-2 34 zak (4-6 mingu) @ Rp 34.000,
- obat-obatan @ Rp 150,-/ekor
Rp. 1.116.000,-
Rp. 1.156.000,-
Rp. 150.000,-
c. tenaga kerja pelihara 1,5 bln @ Rp 105.000,- Rp. 157.500,-
d. Lain-lain
- sekam padi alas kandang 1 truk @Rp 60.000,-
- karung goni bekas 32 kantong @ Rp 300,-
- pemakaian listrik selama 0-6 minggu
- pemakaian gas Rp. 10.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 2.400,-
Rp. 7.000,-
Rp. 35.000,-
Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 3.583.900,-

3) Biaya produksi
a. Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan Rp. 20.000,-
b. Nilai susut prasarana produksi/2 bln
- kandang
- Peralatan Rp 805.660,- : 30
Rp. 51.109,-
Rp. 26.856,-
c. Bibit DOC 1000 ekor Rp. 900.000,-
d. Pakan dan obat-obatan Rp. 2.422.000,-
e. Tenaga kerja Rp. 157.500,-
f. lain-lain Rp. 104.400,-
g. Bunga modal 1,5% per bulan Rp. 84.543,-
h. Bulan modal 1,5 bulan Rp. 126.815,-
Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 3.808.680,-

4) Pendapatan
a. Total produksi 1000X94%X1,75 kg X Rp 2500,- Rp. 4.112.500,-
b. Nilai Pupuk kandang Rp. 60.000,-
c. Jumlah pendapatan Rp. 4.172.500,-
d. Keuntungan Rp. 363.820,-

5) Parameter kelayakan usaha
a. BEP Volume Produksi = 870 ekor
b. BEP Harga Produksi Rp. 3.316.000,-
c. B/C Ratio = 1,09
d. ROI = 6,45 %
e. Rasio keuntungan terhadap pendapatan = 8,71 %
f. Tingkat pengembalian modal = 2,6 th.

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek agribisnis peternakan untuk ternak ayam broiler cukup baik dimana permintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembang dengan pesat dan peluang pasar yang bisa dihandalkan.

11. DAFTAR PUSTAKA
1. Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta.
2. Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.

12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id


Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Read more
 
vetshop online © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates | Brought to you by Cyber Template